Selasa, 29 November 2016

KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL

Kasus Berdasarkan Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional

1. Kepemimpinan Transaksional

Burns (1978) mendefinisikan kepemimpinan transaksional sebagai kepemimpinan berdasarkan transaksi atau pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan bawahan. Pertukaran ini didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan kebutuhan, spesifikasi serta kondisi imbalan atau hadiah yang akan diberikan kepada bawahan jika bawahan memenuhi atau mencapai syarat-syarat yang ditentukan oleh pemimpin.

Kasus: 

Citizen6, Jakarta Sejak Kamis, 5 Februari 2015 hingga hari ini Jumat (6/2/2015), publik diramaikan dengan kabar bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan memberikan tawaran yang menggiurkan bagi masyarakat yang memotret angkot yang sedang mengetem.
Seperti yang Anda tahu, salah satu penyebab kemacetan di Jakarta adalah tingkah para sopir angkot yang seenaknya mengetem mobilnya di sembarang tempat untuk mengambil ataupun menurunkan penumpang sehingga menimbulkan penumpukan kendaraan lainnya yang menyebabkan macet. Banyaknya sopir angkot yang mengabaikan tata tertib lalu lintas nyatanya membuat Ahok geram. Beragam cara pun dipakai Ahok untuk mengetahui angkot dengan nomor plat berapa yang masih bandel dalam mentaati tata tertib lalu lintas di Jakarta. Salah satunya dengan mengajak masyarakat untuk mengambil gambar angkot yang mengetem, dan menariknya Ahok akan memberikan imbalan uang tunai sebesar Rp 50 ribu. 
"Kirim gambar (foto -red) saja. Satu gambar Rp 5.000 sampai Rp 50.000. Foto biar saya bisa tahu plat nomornya berapa," ucap Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (4/2), dilansir hai-online.com pada Jumat (6/2/2015). Pernyataan Ahok pun langsung mendapat sorotan masyarakat. Pantauan Citizen6 perbincangan tersebut nyatanya menjadi topik populer di linimasa Twitter, terlihat beragam ciapan diungkapkan onliner dalam menanggapi pemberitaan tersebut. Bahkan onliner merasa senang karena akan mendapat uang tambahan jika berpatisipasi dalam sikap yang diambil Ahok.

Analisis Kasus: Kepemimpinan yang diterapkan oleh Ahok termasuk ke dalam kepemimpinan transaksional. Mengapa demikian? Karena usaha yang dilakukan Ahok dalam mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh angkutan umun yang sering mengetem seenaknya di jalan melibatkan masyarakat setempat, di mana Ahok akan memberikan imbalan sebesar Rp. 5000 sampai Rp. 50.000 kepada masyarakat yang dapat mengambil gambar/foto angkutan umum yang sedang mengetem. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Burns bahwa dalam kepemimpinan transaksional adanya transaksi atau pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan bawahan, dapat berupa imbalan atau hadiah. Dari sejumlah imbalan yang diberikan oleh Ahok kepada masyarakat yang berhasil mengambil gambar angkutan yang mengetem dapat memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemacetan di ibu kota.


2.    Kepemimpinan Transformasional

Bass (1997) mendefinisikan bahwa pemimpin transformasional adalah seseorang yang meningkatkan kepercayaan diri individual maupun grup, membangkitkan kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan organisasi, dan mencoba untuk menggerakkan perhatian bawahan untuk pencapaian dan pengembangan eksistensi.

Contoh kasus: Mahatma Gandhi secara khusus merupakan gambaran ideal dari seorang pemimpin transformasional. Kepemimpinan Gandhi mengedepankan nilai “non-kekerasan” dan nilai-nilai lainnya yang bersifat egalitarian, nilai-nilai mana sungguh memberikan dampak perubahan dalam diri orang-orang dan lembaga-lembaga di India. Kepemimpinan Gandhi sungguh memiliki tujuan secara moral, karena tujuannya adalah memenangkan kemerdekaan pribadi bagi orang-orang sebangsanya dengan membebaskan mereka dari penindasan oleh pemerintah kolonial Inggris. Kepemimpinan Gandhi mmapu mengangkat para pengikutnya ke tingkat moral yang lebih tinggi dengan melibatkan mereka dalam aktivitas-aktivitas non-kekerasan guna mencapai keadilan sosial.












Daftar Pustaka
Bass, B.M. (1997). Personal selling and transactional/transformational leadership. Journal of Personal Selling & Sales Management, Vol. XVII, No. 3 (Summer 1997, Pages 19-28).
Burns, J.M..(1976). Leadership, perennial, an imprint of harpercollins publishers. www harpercollins.com
Kuhnert. (1994). Transactional and transformational leadership: A constructive/ developmental analysis. Academy of Management Review, 12,648-657 

Jumat, 25 November 2016

KEPEMIMPINAN

     KEPEMIMPINAN
A.    Definisi Kepemimpinan
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.
Menurut Tannenbaum, Weschler, & Massarik, (1961) kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Menurut Rauch & Behling (1984) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan.
Sedangkan  Yukl (1989) mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi.
Berdasarkan pengertian beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan  kepemimpinan adalah individu yang memiliki karakteristik fisik, mental, dan kedudukan yang dipandang lebih daripada individu lain dalam suatu kelompok sehingga individu yang bersangkutan dapat mempengaruhi individu lain dalam kelompok tersebut untuk bertindak ke arah pencapaian suatu tujuan.

B.    Tugas dan Peran Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:

  1. Pemimpin bekerja dengan orang lain. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi baik orang diluar organisasi.
  2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (akontabilitas). Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas, menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
  3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif dan menyelesaikan masalah secara efektif.
  4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
  5. Manajer adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
  6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat. Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
  7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit. Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2.    Fungsi Peran informal, sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3.  Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.

C.    Ciri Kepemimpinan
Ciri-ciri kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis memiliki 4 hal, yaitu:
a.  Intelegensinya tinggi (intellegence). Seorang pemimpin harus memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi dari bawahannya. 
b.    Kematangan jiwa sosial (social maturity and breadth). Pemimpin biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan mempunyai kepentingan serta perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya.
c. Motivasi terhadap diri dan hasil (inner motivation and achievment drives). Para pemimpin senantiasa ingin membereskan segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
d.  Menjalin hubungan kerja manusiawi (human relation attides). Pemimpin harus dapat bekerja secara efektif dengan orang lain atau dengan bawahannya.

D.    Tipe – tipe Kepemimpinan
1. Tipe Otokratik
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seorng yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjuukkan sikap yang menonjol ”keakuannya”, antara lain dalam bentuk:
  • Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
  • Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
  • Pengabaian peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan adalah:
• Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya.
• Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
• Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
• Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjaduinya penyimpangn oleh bawahan.

2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat dilingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas, yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi. 

4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri ari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

5. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

E.    Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan, di antaranya ialah : 
1. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made". bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.

2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made and not born". Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik. 
















Daftar Pustaka
Muchlas, M. (1998). Perilaku organisasi, dengan studi kasus perumah sakitan, program pendidikan pasca sarjana magister manajemen rumah sakit. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Robbins, S. (1996). Perilaku organisasi: konsep, kontroversi dan aplikasi. Jakarta: PT. Prenhalindo.
Yukl, Gary A. (1989). Leadership in organizations. 2nd Ed. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Robbins, Stephen P. (1994). Teori organisasi: struktur, desain & aplikasi. Jakarta: Penerbit Arcan.
Suyami. (2008). Konsep kepemimpinan Jawa dalam ajaran sastra cetha dan astha brata. Yogyakarta: Kepel Press.
Davis, Keith, & Jhon W. Newstrom. (2000). Perilaku dalam organisasi, Edisi Ketujuh, Alih Bahasa Agus Darma, Jakarta: Erlangga.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Psikologi Manajemen dalam Organisasi

A.      Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare yang berarti menyebarluaskan atau memberitahukan. Dalam bahasa Inggris adalah  communication yang diartikan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti.
Menurut Carl I. Havland, komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain.
Menurut Everret M. Rogers, komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan menurut Bernard Barelson & Garry A. Steiner, komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.
Jadi, dari definisi yang dikatakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah sebagai cara untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, serta informasi kepada orang lain yang dapat dilakukan dengan meggunakan cara verbal, seperti kata-kata, non-verbal, seperti gesture, serta dapat menggunakan simbol-simbol.

B.      Dimensi Komunikasi
Ada beberapa dimensi dalam komunikasi, yaitu:
1.       Isi
Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi dari komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Dalam proses komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan. Isi adalah apa yang dibicarakan dalam komunikasi antara satu orang dengan orang yang lain atau bahkan lebih.
Contoh : Budi berbicara kepada Anto tentang sesuatu. Dari proses komunikasi tersebut memiliki suatu isi. Isi dari kominikasi tersebut bisa bermacam-macam namun biasanya, isi yang paling pertama adalah megenai diri kita. Kemudian isi yang didapat dari proses komunikasi tersebut, dapat kita bedakan ke dalam beberapa jenis, misalnya isi tersebut benar merupakan fakta atau hanya sebuah perasaan.

2.       Kebisingan
Dimensi Kebisingan adalah bunyi atau suara yang timbul yang tidak dikehendaki yang sifatnya mengganngu dan menurunkan daya dengar seseorang atau bisa juga dikatakan tinggi rendahnya suara yang terdengar dalam melakukan komunikasi. Contoh: dalam berkomunikasi pasti pernah mengalami suatu hambatan, misalnya terhambat oleh suara kebisingan, seperti saat berkomunikasi dengan orang lain terdengar suara pesawat terbang, suara mesin, suara lalu lintas, dll sehingga kita menjadi sulit untuk memahami kata-kata atau apa yang sedang dibicarakan oleh orang lain.

3.       Jaringan
    Dimensi jaringan adalah bagaimana cara menunjukkan dan mengisyarakatkan proses komunikasi antara satu sama lain dan bagaimana seharusnya pesan tersebut disampaikan. Dalam komunikasi massa dimensi jaringan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Jaringan adalah sejauh mana seseorang meluaskan jangkauan informasinya dalam melakukan komunikasi. Diantaranya ada komunikasi yang bergantung  pada (jaringan satelit).
Contoh: pengaruh artikel dalam surat kabar bukan bergantung pada isinya, namun bergantung juga pada siapa penulisnya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan yang dipakai, dll.

4.       Arah
Komunikasi dalam konteks ini dibagi menjadi dua, yaitu komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah merupakan satu orang memberikan informasi kepada orang lainnya tanpa ada timbal balik, sedangkan komunikasi dua arah merupakan komunikasi dimana satu orang memberikan informasi ke orang lain, dan orang lain juga memberikan informasi, sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya. Contoh : saat berkomunikasi dengan Della, Riri hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Della tanpa membalas berbicara kembali, hal tersebut merupakan komunikasi satu arah. Sedangkan komunikasi dua arah adalah saat Della berbicara dengan Riri, Riri membalas berbicara kembali, sehingga terjadi pertukaran informasi diantara keduanya.

C.      Pemahaman Umum Peran Psikologi Manajemen dalam Organisasi
Pada dasarnya psikologi mempelajari tentang kesadaran manusia, mempelajari aktivitas-aktivitas individu baik secara motorik, kognitif, maupun emosional, serta memahami perilaku manusia.  Psikologi manajemen adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses manajemen dalam rangka melaksanakan funsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan organisasi dapat diartikan sebagai suatu alat atau wadah kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan pola tertentu, yang perwujudannya memiliki kekayaan baik fisik maupun non fisik.
Psikologi manajemen berperan dalam organisasi pada bidang pengembangan SDM. Dimana psikologi manajemen berusaha untuk mempelajari tingkah laku manusia yang diharapkan mampu mengoptimalkan segala faktor dari dalam diri yang berkaitan dengan motivasi, sikap kerja, keterampilan diri, dan lain sebagainya. Dengan adanya psikologi manajemen diharapkan setiap individu mampu menjalani berbagai strategi perencanaan dengan baik dalam organisasi untuk mencapain segala tujuan organisasi tersebut. Tanpa adanya psikologi manajemen mungkin akan sulit untuk menjalankan strategi-strategi untuk memajukan organisasi karena dalam mencapai suatu tujuan organisasi tidak terlepas dari sikap, motivasi, serta keterampilan dalam diri individu, apabila individu tersebut tidak memiliki sikap kerja, motivasi, serta keterampilan yang baik, maka akan terhambat dalam mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, oleh karena itu peran psikologi manajemen sangatlah penting di dalam suatu organisasi.



Daftar Pustaka
Rogers, Everret. M, & Shoemaker F. Flaoyd. (1971). Communication of inovation. London: Free                 Press Macmillan Publishing.
Deddy, Mulyana. (2002). Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Wiryanto,Dr. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana                       Indonesia.
Suprapto, Tommy. (2009). Pengantar Teori dan Manajemen komunikasi. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Rakhmat, Jalaluddin, Drs. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: EDISI REVISI.
Leavit,J.H. dkk.(1992). Psikologi Manajemen, Alih Bahasa Zarkasi, M. Jakarta: Erlangga.


Minggu, 25 September 2016

SDM, Organisasi, dan Kepemimpinan

A.      Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
Apa yang dimaksud dengan sumber daya manusia? Berikut ini beberapa pengertian menurut para ahli.
Mary Parker Follett Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Definisi ini, mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.
Hasibuan (2003:244) Pengertian Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Selain pengertian SDM menurut para ahli diatas, pengertian SDM juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengertian mikro dan makro. Pengertian SDM secara mikro adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh, karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkang pengertian SDM secara makro adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan kerja, baik yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja.
Secara garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia adalah individu yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
”Sumber daya manusia harus didefinisikan bukan dengan apa yang sumber daya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia hasilkan”, sebagaimana yang dikemukakan oleh David Ulrich (Mathis dan Jackson, 2002:4). Maka dari itu, Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang penting bagi setiap usaha. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menentukan kejayaan atau kegagalan dalam persaingan (Tambunan, 2003:15).

Adapun fungsi dari Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri adalah untuk meningkatkan produktivitas (achievement performance) dalam menunjang perusahaan lebih kompetitif.

A.      Organisasi

Pengertian
Menurut ERNEST DALE: Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan kerja dariorang-orang dalam suatu kerja kelompok.

Menurut CYRIL SOFFER: Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberiperan tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itudiperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapabentuk hasil.Secara umum dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sekelompok orang yangsaling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Pengertian Teori Organisasi
Teori organisasi secara umum bisa diartikan sebagai suatu pikiran yang merupakan sekelompok orang yang membagi tugas dengan cara struktur untuk mendapatkan pedoman yang ingin dicapai bersama-sama.
Teori Organisasi adalah teori yang berusaha menerangkan/meramalkan bagaimana organisasi dan orang didalamnya berperilaku dalam berbagai struktur organisasi, budaya dan lingkungan untuk mencapai tujuan.
TEORI ORGANISASI KLASIK
Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19).  Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah lembaga yang tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreatifitas. Dikatakan teori mesin karena organisasi ini menganggab manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan digonta-ganti sesuai kehendak pemimpin.
Defisi Organisasi menurut Teori Klasik: Organisasi merupakan struktur hubungan, kekuasaan-kejuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain apabila orang bekerja sama.

Teori Klasik berkembang dalam 3 Aliran:
-BIROKRASI, Dikembangkan dari Ilmu Sosiologi
-ADMINISTRASI, Langsung dari praktek manajemen memusatkan Aspek Makro sebuah organisasi.
-MANAJEMEN ILMIAH, Langsung dari praktek manajemen memusatkan Aspek Mikro sebuah organisasi.

TEORI NEOKLASIK
Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neoklasik disebut juga dengan “Teori Hubungan manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan teori merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada “pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu ataupun kelompok kerja”.

TEORI MODERN
Teori ini muncul pada tahun 1950 sebagai akibat ketidakpuasan dua teori sebelumnya yaitu klasik dan neoklasik. Teori Modern sering disebut dengan teori “Analiasa Sistem” atau “Teori Terbuka” yang memadukan antara teori klasik dan neokalsi. Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsure organisasi sebagai satu kesatuan  yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi merupakan system terbuka yang berkaitan dengan lingkunngan dan apabila ingin survivel atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan.

Ciri-ciri Organisasi menurut para ahli Berelson dan Steiner
1.    Formalitas, adalah ciri organisasi sosial yang merujuk pada perumusan tertulis daripada peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi dan seterusnya 
2.    Hierarki, adalah ciri organisasi yang mengacu pada pola kekuasaan dan kewenangan yang berbentuk piramida, artinya terdapat orang-orang tertentu dengan kekuasaan dan kewenangan yang tinggi dari pada orang biasa dalam organisasi tersebut. 
3.    Besar dan Kompleksnya, adalah ciri organisasi sosial yang memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal) yang biasanya disebut dengan "gejala birokrasi"
4.    Lamanya (Duration), adalah ciri organisasi dimana eksistensi organisasi lebih lama dari pada keanggotaan pada organisasi tersebut. 
Selain itu organisasi industri terdiri dari kelompok kerja yang saling berkaitan dalam satu tata tingkat. Likert (1961,1967) berpendapat bahwa organisasi dapat dipandang sebagai sistem dari kelompok yang saling berkaitan. 

A.      Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982:83), mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.

Menurut Goerge R. Terry (1972:458) “Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin”.

Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).


Berbagai Macam Teori Kepemimpinan
Teori-teori munculnya seseorang pemimpin adanya tiga teori, yaitu:
1.      Teori Genetis
Inti dari ajaran teori ini tersimpul dalam sebutan “leaders are born and not made”. Teori ini mengatakan bahwa seseorang akanmenjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan yang alami. Pemimpin itu tidak dibuat melainkan dilahirkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pemimpin itu ada denganmembawa bakat-bakat memimpin yang luar biasa sejak ia dilahirkan. Dalam teori ini dikatakan bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga.

2.      Teori Sosial
Inti ajaran teori sosial ini ialah bahwa “leaders are made and not born”, jadi merupakan kebalikan dari teori genetis. Teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila memang disiapkan dan diberikan pendidikan atau pengalaman yang cukup, di samping juga atas kemauannya sendiri. Teori ini mengungkapkan bahwa pemimpin itu disiapkan, di didik, dan di bentuk melalui pelatihan dan tidak begitu saja dilahirkan. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan dari diri sendiri.

3.      Teori Ekologis
Teori ini timbul sebagai reaksi terhadap teori genetis danteori kejiwaan/sosial yang pada intinya berarti bahwa seseorang hanyaakan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori genetis berpendapat bahwa bahwa seseorang menjadi pemimpin karena memang sudah ditaksirkan dan teori kejiwaan/sosial mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk oleh pengatuh lingkungan, maka teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya bahwa seseorang itu hanya akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu  lahir telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu kemudian diasah melalui pendidikan.

Ciri-ciri kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis memiliki 4 hal, yaitu:
a. Intelegensinya tinggi (intellegence), seorang pemimpin harus memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi dari bawahannya. 
b. Kematangan jiwa sosial (social maturity and breadth) Pemimpin biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan mempunyai kepentingan serta perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya.
c. Motivasi terhadap diri dan hasil (inner motivation and achievment drives) Para pemimpin senantiasa ingin membereskan segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
d. Menjalin hubungan kerja manusiawi (human relation attides) Pemimpin harus dapat bekerja secara efektif dengan orang lain atau dengan bawahannya.


       Berkaitan dengan teori SDM, organisasi dan kepemimpinan yang telah diuraikan diatas tidak terlepas dari sosok yang sangat berpengaruh dalam memimpin kota Bandung, yaitu Ridwan Kamil atau yang akrab disapa dengan Kang Emil. Beliau adalah salah satu orang yang telah membuat perubahan besar-besaran terhadap kota Bandung. Berkat kepemimpinannya, dapat diakatakan bahwa ia sukses dalam memimpin dan membangun kota Bandung menjadi kota yang lebih baik, maju, dan inovatif. Ia merupakan salah satu orang yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis yang sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Mengapa demikian? Karena untuk menjadi seorang pemimpin membutuhkan tingkat intelegensi yang  lebih tinggi dari bawahannya. Hal itu dibuktikan oleh Kang Emil yang sejak kecil bersekolah di sekolah dan perguruan tinggi favorit (ITB (Teknik Arsitektur-S1), University of California (Master of Urban Design-S2)). Selama bersekolah, beliau juga dikenal sebagi sosok yang aktif dan cerdas. Seorang pemimpin biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan mempunyai kepentingan serta perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya, selain cerdas Ridwan Kamil dikenal sebagai sosok pemimpin yang ramah yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.  Beliau juga memiliki motivasi serta rasa tanggung jawab yang besar dalam membangun kota Bandung.
     Selain menjadi seorang pemimpin, Ridwan Kamil juga aktif dalam organisasi ia terlibat dalam BCCF (Bandung Creative City Forum). BCCF adalah sebuah forum dan organisasi lintas komusikasi kreatif yang didirikan oleh berbagai komunitas kreatif di kota Bandung. Ridwan Kamil merupakan ketua pertama BCCF. Melalui BCCF, ia membangun suatu konsep kolaborasi melalui jaringan yang dinamis di antara komunitas kreatif yang ada di Bandung dan bertujuan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan komunitas kreatif di kota Bandung. Melalui BCCF juga Ridwan Kamil berusaha untuk melakukan pengembangan SDM dengan memperbaiki kontribusi produktif orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi/perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis, dan sosial.




Daftar Pustaka

Rahardjo, Kusdi. 2009. Teori  Organisasi Dan Administrasi. Jakarta: Salemba.
Prof . Dr. J.Winardi. 2001. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: Rajawali Press.
Indrafachrudi, Soekarto dan Thalele. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif. Bogor: Ghalia Indonesia.
Davis, Keith, & Jhon W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi, Edisi Ketujuh, Alih Bahasa Agus Darma, Jakarta: Erlangga.
Munandar, Ashar sunyoto. 2001. Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI –Press.
Greer, Charles R. Strategy and Human Resources: a General Managerial Perspective. New Jersey: Prentice Hall, 1995.