Selasa, 11 November 2014

Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta


Ayat-Ayat Cinta

Judul Buku                  : Ayat-Ayat Cinta
Pengarang                    : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit                       : Republika
Tahun                          : 2008, Cetakan XXXIII                    
Jumlah Halaman          : 419 halaman

Novel  Ayat-ayat cinta adalah sebuah novel 418 halaman yang ditulis oleh seorang novelis muda Indonesia kelahiran 30 September 1976 yang bernama Habiburrahman El-Shirazy. Ia adalah seorang sarjana lulusan Mesir dan sekarang sudah kembali ke tanah air. Novel ini seperti novel-novel Islami kebanyakan yang mencoba menebarkan dakwah melalui sebuah karya seni, namun setelah ditelaah lebih lanjut ternyata novel ini merupakan gabungan dari novel Islami, budaya dan juga novel cinta yang banyak disukai anak muda.
Habiburrahman El Shirazy, lahir di Semarang, 30 September 1976. Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fak. Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al-Azhar, Cairo dan selesai pada tahun 1999. Telah merampungkan Postgraduate Diploma (Pg. D) S2 di The Institute For Islamic Studies in Cairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.
Beberapa karya Kang Abik, baik yang sudah maupun akan terbit, Ketika Cinta Berbuah Surga, Pudarnya Pesona Cleopatra, Di Atas Sajadah Cinta. Sekarang sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata BeningDalam Mihrab Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.
Novel ini bertemakan tentang perjuangan dalam melawan ketidakadilan. Tokoh yang terdapat dalam kutipan novel ini ada tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama, yaitu Fahri, Maria, Nurul, Noura, dan Aisha. Sedangkan tokoh pembantu, yaitu Saeful, Rudi, Hamdi, Tuan Boutros (ayah Maria), Nahed (ibu Maria), Yousef (adik Maria), Syaikh Usman (guru besar Fahri), Syaikh Ahmad (dosen Fahri di Al-Azhar), Ustd Jalal dan isterinya (paman dan bibi Nurul), Eqbal dan isterinya (paman dan bibi Aisha), Amru (pengacara), Magdi (polisi), Bahadur dan kakak Noura.
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju. Berlatarkan di Mesir Kairo Al-azhar. Penggambaran watak secara dramatik dan ada pula yang secara analitik. Dalam novel ini Fahri berwatak rajin, pintar, sabar, terencana, disiplin, penolong, ikhlas, ulet, dan pria yang sholeh. Maria berwatak ceria, rajin, pintar, manja, dan tertutup. Nurul berwatak rajin, pintar, pemalu, tertutup, dan sholehah. Noura berwatak tertutup, pintar, kejam, dan pendiam. Kemudian Aisha yang berwatak sabar, penuh kelembutan, ikhlas, terencana, pintar, sholehah dan hidup serba berkecukupan.
Gaya bahasa yang digunakan terpengaruh oleh bahasa lokal, yaitu bahasa Arab dan penuh dengan nuansa religi. Dalam novel ini pengarang menggambarkan tokoh menggunakan sudut pandang orang pertama.
Kisah ini diawali tentang bagaimana menghadapi persoalan dalam hidup secara islami. Fahri bin Abdullah Shiddiq adalah pelajar dari Indonesia yang berusaha menggapai gelar masternya di Al-Azhar berurat dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Dia tinggal di sebuah flat sederhana bersama keempat orang temannya yang juga berasal dari Indonesia. Fahri adalah orang yang sangat disiplin dan terencana terhadap peta hidupnya. Dari peta hidupnya itu, tersurat bahwa tujuan utama yang ingin dia capai ialah lulus S2 Al Azhar.
Dalam kesederhanaan hidupnya ia dipertemukan oleh beberapa wanita. Wanita pertama yang mengisi kehidupan Fahri ialah Maria. Maria adalah tetangga satu flat Fahri, ia adalah gadis Kristen Koptik yang mengagumi Al Quran. Keluarga Maria sangat akrab dengan Fahri. Kekagumannya terhadap Fahri berubah menjadi cinta. Hanya saja rasa cintanya itu hanya dapat tercurahkan dalam sebuah buku harian Maria.
            Selain Maria, ada Nurul yang juga jatuh hati pada Fahri. Sebenarnya, Fahri menaruh hati pada gadis manis itu, anak seorang kyai terkenal. Namun, Fahri tidak pernah menunjukkan perasaannya lantaran rasa tidak percaya dirinya yang hanya seorang anak dari seorang petani yang kehidupannya sangat sederhana, jauh dari berkecukupan. Setelah itu ada Noura yang juga merupakan tetangga Fahri yang selalu disiksa oleh ayahnya sendiri yang bernama Bahadur.
        Dahulu ayahnya sangat menyayangi Noura, tetapi setelah menyadari bahwa Noura yang berkulit putih sedangkan ayahnya yang berkulit hitam membuat Bahadur mengira bahwa Noura bukan anaknya dan Noura pun disebut sebagai anak haram. Kemudian Noura di jual oleh Bahadur, tetapi Fahri, Maria, dan Nurul menolongnya. Noura menaruh hati pada Fahri bahkan berharap lebih dari Fahri, tetapi Fahri hanya berempati saja terhadap Noura dan Fahri hanya menganggap Noura sebagai seorang adik. Hal tersebut menjadi masalah yang panjang, Noura memfitnah Fahri telah memperkosanya, sehingga Fahri dijebloskan ke penjara dan ia harus mendekam di penjara.
           Kemudian yang terakhir adalah Aisha, gadis Turki bermata indah yang mampu membuat Fahri jatuh hati. Dialah gadis yang dipilih Fahri untuk manjadi pendamping hidupnya. Perjumpaan dengan Aisha dimulai dari pertemuan di Metro dan kemudian mereka di jodohkan oleh paman Aisha yang bernama Eqbal. Kebetulan, paman Eqbal mengenal Fahri. Mereka tak dapat menolak perjodohan, sebab mereka saling jatuh hati satu sama lain lalu mereka pun menikah. Mendengar kabar bahwa Fahri dan Aisha telah menikah membuat Nurul sangat kecewa dan terpukul. Tidak hanya Nurul yang merasa terpukul, Maria dan Noura, wanita yang menaruh hati kepada Fahri juga merasakan hal yang sama.
            Adapun pertikaian pada saat Fahri dan Aisha pulang dari Alexandria sehabis  berbulan madu, Fahri di tangkap karena di tuduh memperkosa seorang gadis Mesir, yaitu Noura. Noura memfitnah Fahri, ia mengaku bahwa Fahri telah memperkosanya pada saat Fahri menolong Noura, sedangkan Fahri tidak merasa melakukan hal tersebut. Fahri kecewa atas perlakuan Noura yang telah memfitnahnya. Tak lama Fahri pun dijebloskan ke penjara.
         Selama di penjara ia terus-menerus disiksa. Pengacara Fahri tengah berusaha keras untuk membebaskannya, tetapi beberapa bukti belum cukup kuat untuk membebaskannya. Satu-satunya saksi kunci yang dapat meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Tapi, Maria sedang terluka lemah tak berdaya. Luka hati karena cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit.
            Hanya ada satu cara agar Maria dapat tersadar dari koma panjangnya, yaitu dengan sentuhan dan ucapan sayang dari Fahri. Akibat desakan Aisha dan setelah Fahri membaca buku harian Maria, ia tahu betapa Maria sangat mencintainya dan kemudian Fahri pun menikahi Maria. Setelah Fahri menikahi Maria, Maria tersadar dapat membuka matanya dan kemudian berdsedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Setelah Maria menjelaskan semuanya di hadapan hakim, Fahri pun terbebas dari tuduhan Noura. Noura pun merasa malu dan mengakui bahwa Bahadurlah yang telah memperkosanya, Noura menyesal atas perbuatan yang dilakukannya. Kemudian Fahri pun dapat meninggalkan penjara yang mengerikan itu.
        Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan baik dan hidup bahagia. Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya merenggut Maria. Penyakit Maria kembali kambuh dan ia pun meninggal. Maria beruntung karena meninggal dalam keadaan islam.
           Novel ini banyak mengandung amanat yang sangat bermanfaat bagi pembacanya. Dalam novel ini dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi suatu masalah kita harus senantiasa bersikap ikhlas, tabah, dan bersabar. Novel ini juga mengajarkan kita agar terus mendekatkan diri kepada Allah SWT.
       Kelebihan yang dimiliki oleh novel ini adalah ceritanya yang begitu menyentuh seakan membawa para pembaca ikut terlibat dalam masalah para tokoh. Novel ini mengandung nilai-nilai religi dan sastra yang cukup tinggi. Novel ini mampu menyadarkan kita dalam menghadapi cobaan dengan bersikap ikhlas. Namun novel ini juga memiliki  kekurangan, yaitu terdapat kata-kata yang asing sehingga dapat membuat para pembaca kurang mengerti. Dapat disimpulkan, walaupun terdapat kata-kata asing yang sulit mengerti tetapi buku ini mempunyai banyak nilai yang positif yang dapat ditiru dikehidupan sehari-hari sehingga buku ini patut untuk dibaca.
                                                                                   
Penulis Resensi: Putri Elena Safitri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar