Kamis, 13 Juli 2017

Terapi Behavioristik

TERAPI AVERSI (AVERSION THERAPY)

Dalam banyak kasus, tujuan terapi adalah mengeleminasi atau mengurangi tingkah laku bermasalah. Salah satu teknik khusus dalam konseling behavioral yaitu, Pengkondisian  Aversi (Aversion Therapy).  Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan  yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Terapi aversion adalah bentuk pengobatan psikologis di mana pasien yang terkena stimulus menjadi sasaran beberapa bentuk ketidaknyamanan. Teknik aversi digunakan untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral spesifik yang melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Kendalinya bias melibatkan penarikan pemerkuat positif atau penggunaan hukuman (misalnya, kejutan listrik, atau memberikan ramuan yang membuat mual).
Hal ini dimaksudkan untuk menyebabkan pasien untuk mengasosiasikan stimulus dengan sensasi tidak menyenangkan dalam rangka untuk menghentikan perilaku tertentu yang tidak diinginkan. Terapi aversion dapat digunakan sebagai pengobatan psikologis. Ini  menggunakan sejumlah teknik perubahan perilaku yang telah terbukti  bermanfaat di masa lalu. Terapi aversion dapat mengobati perilaku yang maladjustive, misalnya, pecandu rokok, peminum, dan homoseksual. Terapi ini juga dapat digunakan untuk melawan obsesi dan kompulsi, untuk  tingkat tertentu.
Kita mungkin masih bingung antara “punishment” dengan “aversive counterconditioning”. Punishment adalah salah satu teknik operan yang didesain untuk menyebabkan “suppression” pada tingkah laku bermasalah, sedangkan aversive counterconditioning merupakan suatu prosedur berdasarkan classical conditioning yang didesain untuk mengubah kekuatan suatu konfigurasi stimulus. Contoh, stimulus alcohol mempunyai kekuatan positif untuk alkoholik. Kemudian, aversive conditioning digunakan untuk men-suppress tingkah laku peminum, tetapi untuk memantapkan kekuatan negative stimulus. Pada awalnya aversive counterconditioning merupakan prosedur jalan pintas (pelarian), dimana klien mencoba untuk melepaskan “noxious stimulation”. 
Komalasari, Wahyuni, Karsih (2011) mengungkapkan beberapa poin yang perlu menjadi perhatian bagi konselor dalam menerapkan terapi aversi, diantaranya adalah:
a. Hukuman jangan sering digunakan, meskipun konseli menginginkannya. Apabila masih ada alternatif baiknya digunakan cara-cara pemberian reinforcement positif, untuk mengurangi efek samping hukuman.
b. Bila menggunakan hukuman, perumusan tingkah laku alternatif harus spesifik dan jelas.
c. Selain itu hukuman digunakan dengan cara-cara yang tidak mengakibatkan konseli merasa ditolak sebagai pribadi.
d. Konseli harus tahu bahwa konsekuensi aversif diasosiasikan dengan tingkah laku maladaptif spesifik.








Daftar Pustaka

Corey, G. (1991). Teori dan praktek dari konseling psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press.

Komalasari, G., Wahyuni, E., & Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.

Walker, C., Eugene, et. al. (1981). Clinical prosedures for behavior therapy. New Jersey: Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar