Selasa, 29 November 2016

KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL

Kasus Berdasarkan Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional

1. Kepemimpinan Transaksional

Burns (1978) mendefinisikan kepemimpinan transaksional sebagai kepemimpinan berdasarkan transaksi atau pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan bawahan. Pertukaran ini didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan kebutuhan, spesifikasi serta kondisi imbalan atau hadiah yang akan diberikan kepada bawahan jika bawahan memenuhi atau mencapai syarat-syarat yang ditentukan oleh pemimpin.

Kasus: 

Citizen6, Jakarta Sejak Kamis, 5 Februari 2015 hingga hari ini Jumat (6/2/2015), publik diramaikan dengan kabar bahwa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan memberikan tawaran yang menggiurkan bagi masyarakat yang memotret angkot yang sedang mengetem.
Seperti yang Anda tahu, salah satu penyebab kemacetan di Jakarta adalah tingkah para sopir angkot yang seenaknya mengetem mobilnya di sembarang tempat untuk mengambil ataupun menurunkan penumpang sehingga menimbulkan penumpukan kendaraan lainnya yang menyebabkan macet. Banyaknya sopir angkot yang mengabaikan tata tertib lalu lintas nyatanya membuat Ahok geram. Beragam cara pun dipakai Ahok untuk mengetahui angkot dengan nomor plat berapa yang masih bandel dalam mentaati tata tertib lalu lintas di Jakarta. Salah satunya dengan mengajak masyarakat untuk mengambil gambar angkot yang mengetem, dan menariknya Ahok akan memberikan imbalan uang tunai sebesar Rp 50 ribu. 
"Kirim gambar (foto -red) saja. Satu gambar Rp 5.000 sampai Rp 50.000. Foto biar saya bisa tahu plat nomornya berapa," ucap Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (4/2), dilansir hai-online.com pada Jumat (6/2/2015). Pernyataan Ahok pun langsung mendapat sorotan masyarakat. Pantauan Citizen6 perbincangan tersebut nyatanya menjadi topik populer di linimasa Twitter, terlihat beragam ciapan diungkapkan onliner dalam menanggapi pemberitaan tersebut. Bahkan onliner merasa senang karena akan mendapat uang tambahan jika berpatisipasi dalam sikap yang diambil Ahok.

Analisis Kasus: Kepemimpinan yang diterapkan oleh Ahok termasuk ke dalam kepemimpinan transaksional. Mengapa demikian? Karena usaha yang dilakukan Ahok dalam mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh angkutan umun yang sering mengetem seenaknya di jalan melibatkan masyarakat setempat, di mana Ahok akan memberikan imbalan sebesar Rp. 5000 sampai Rp. 50.000 kepada masyarakat yang dapat mengambil gambar/foto angkutan umum yang sedang mengetem. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Burns bahwa dalam kepemimpinan transaksional adanya transaksi atau pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan bawahan, dapat berupa imbalan atau hadiah. Dari sejumlah imbalan yang diberikan oleh Ahok kepada masyarakat yang berhasil mengambil gambar angkutan yang mengetem dapat memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kemacetan di ibu kota.


2.    Kepemimpinan Transformasional

Bass (1997) mendefinisikan bahwa pemimpin transformasional adalah seseorang yang meningkatkan kepercayaan diri individual maupun grup, membangkitkan kesadaran dan ketertarikan dalam grup dan organisasi, dan mencoba untuk menggerakkan perhatian bawahan untuk pencapaian dan pengembangan eksistensi.

Contoh kasus: Mahatma Gandhi secara khusus merupakan gambaran ideal dari seorang pemimpin transformasional. Kepemimpinan Gandhi mengedepankan nilai “non-kekerasan” dan nilai-nilai lainnya yang bersifat egalitarian, nilai-nilai mana sungguh memberikan dampak perubahan dalam diri orang-orang dan lembaga-lembaga di India. Kepemimpinan Gandhi sungguh memiliki tujuan secara moral, karena tujuannya adalah memenangkan kemerdekaan pribadi bagi orang-orang sebangsanya dengan membebaskan mereka dari penindasan oleh pemerintah kolonial Inggris. Kepemimpinan Gandhi mmapu mengangkat para pengikutnya ke tingkat moral yang lebih tinggi dengan melibatkan mereka dalam aktivitas-aktivitas non-kekerasan guna mencapai keadilan sosial.












Daftar Pustaka
Bass, B.M. (1997). Personal selling and transactional/transformational leadership. Journal of Personal Selling & Sales Management, Vol. XVII, No. 3 (Summer 1997, Pages 19-28).
Burns, J.M..(1976). Leadership, perennial, an imprint of harpercollins publishers. www harpercollins.com
Kuhnert. (1994). Transactional and transformational leadership: A constructive/ developmental analysis. Academy of Management Review, 12,648-657 

Jumat, 25 November 2016

KEPEMIMPINAN

     KEPEMIMPINAN
A.    Definisi Kepemimpinan
Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.
Menurut Tannenbaum, Weschler, & Massarik, (1961) kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu. Menurut Rauch & Behling (1984) kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan.
Sedangkan  Yukl (1989) mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan sebuah kelompok atau organisasi.
Berdasarkan pengertian beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan  kepemimpinan adalah individu yang memiliki karakteristik fisik, mental, dan kedudukan yang dipandang lebih daripada individu lain dalam suatu kelompok sehingga individu yang bersangkutan dapat mempengaruhi individu lain dalam kelompok tersebut untuk bertindak ke arah pencapaian suatu tujuan.

B.    Tugas dan Peran Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:

  1. Pemimpin bekerja dengan orang lain. Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi baik orang diluar organisasi.
  2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan (akontabilitas). Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas, menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
  3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif dan menyelesaikan masalah secara efektif.
  4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
  5. Manajer adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
  6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat. Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
  7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit. Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
2.    Fungsi Peran informal, sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3.  Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator.

C.    Ciri Kepemimpinan
Ciri-ciri kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davis memiliki 4 hal, yaitu:
a.  Intelegensinya tinggi (intellegence). Seorang pemimpin harus memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi dari bawahannya. 
b.    Kematangan jiwa sosial (social maturity and breadth). Pemimpin biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan mempunyai kepentingan serta perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya.
c. Motivasi terhadap diri dan hasil (inner motivation and achievment drives). Para pemimpin senantiasa ingin membereskan segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
d.  Menjalin hubungan kerja manusiawi (human relation attides). Pemimpin harus dapat bekerja secara efektif dengan orang lain atau dengan bawahannya.

D.    Tipe – tipe Kepemimpinan
1. Tipe Otokratik
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seorng yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjuukkan sikap yang menonjol ”keakuannya”, antara lain dalam bentuk:
  • Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
  • Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
  • Pengabaian peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan yang dipergunakan adalah:
• Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya.
• Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya.
• Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
• Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjaduinya penyimpangn oleh bawahan.

2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat dilingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas, yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi. 

4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri ari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

5. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

E.    Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan, di antaranya ialah : 
1. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made". bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.

2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : "Leaders are made and not born". Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik. 
















Daftar Pustaka
Muchlas, M. (1998). Perilaku organisasi, dengan studi kasus perumah sakitan, program pendidikan pasca sarjana magister manajemen rumah sakit. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Robbins, S. (1996). Perilaku organisasi: konsep, kontroversi dan aplikasi. Jakarta: PT. Prenhalindo.
Yukl, Gary A. (1989). Leadership in organizations. 2nd Ed. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Robbins, Stephen P. (1994). Teori organisasi: struktur, desain & aplikasi. Jakarta: Penerbit Arcan.
Suyami. (2008). Konsep kepemimpinan Jawa dalam ajaran sastra cetha dan astha brata. Yogyakarta: Kepel Press.
Davis, Keith, & Jhon W. Newstrom. (2000). Perilaku dalam organisasi, Edisi Ketujuh, Alih Bahasa Agus Darma, Jakarta: Erlangga.