Kamis, 25 Juni 2015

Proses Berpikir dan Berbahasa Pada Anak


A.   Konsep Berpikir dan Berbahasa
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi. Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan.
 Ada beberapa pendapat mengenai berpikir , diantaranya Menurut hukum Gestalt manusia berfikir secara menyeluruh, maka proses belajar melibatkan proses berfikir, harus dimulai dengan mempelajari materi secara menyeluruh, baru ke bagian-bagiannya.
Menurut Behaviourisme: berpikir merupakan penguatan antara stimulus dan respons. Menurut Asosiasionis: berpikir merupakan asosiasi antara tanggapan yang satu dengan yang lain. Dari segi Kognisi: berpikir merupakan pemrosesan informasi mulai dari stimulus yang ada (starting position) sampai ke pemecahan masalah (finishing position) atau goal state.
Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.
Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan. Sebagai suatu sistem bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bahasa terbagi atas dua, yaitu bahasa lisan dan tulisan. ahasa lisan disebut pula bahasa primer dan bahasa tulisan disebut juga bahasa skunder. Bahasa lisan dan tulisan dapat digunakan sebagai sarana berfikir atau mengungkapkan pikiran dari pembicara atau penulis. Bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak. 

B.    Proses Berpikir dan Berbahasa
·       Ada tiga langkah proses berfikir, yaitu:
1.     Pembentukan pengertian
Pada langkah ini anak dapat  menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya: orang Negro, memiliki ciri - ciri: Berkulit hitam, berambut hitam keriting.
2.     Pembentukan pendapat
Pembentukan pendapat adalah meletakkan hubungan dua pengertian atau lebih. Pendapat di bagi memjadi tiga jenis yaitu: a. Pendapat afirmatif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, b. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menindakkan, yang secara tegas menjelaskan tidak adanya sifat tertentu, c. Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal.
3.     Penarikan kesimpulan
Tujuan berpikir adalah pemecahan masalah yang dilakukan dengan menarik kesimpulan  berdasarkan data yang ada atau pendapat akhir atas data atau pendapat-pendapat yang mendahului. Cara yang dpat ditempuh untuk menarik kesimpulan:
1.     Kesimpulan ditarik atas dasar analogi, yaitu adanya kesamaan antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain.
2.     Kesimpulan ditarik atas dasar cara induktif, yaitu dari peristiwa-peristiwa individual menuju dalil umum atau hal yang bersifat umum.
3.     Kesimpulan ditarik atas dasar cara deduktif, yaitu dari hal yang umum/dalil yang bersifat umum ke hal-hal atau dalil yang bersifat khusus.
·        Proses berbahasa
Saat masih kecil anak masih menunjukkan sifat egosentris dengan berbicara kepada diri sendiri dan tidak mau bicara dengan orang lain. Tetapi ketika menginjak usia 6 atau 7 tahun, anak mulai beralih ke intekomusikasi social dan lebih komunikatif terhadap teman-temannya. Pada umumnya, pada usia 4 tahun anak sudah menguasai bahasa ibunya. Namun menurut Piaget, proses ini tidak berjalan begitu saja secara otomatis. Bahasa ucapan itu harus dipelajari. Anak termotivasi untuk mempelajari bahasa karena keinginannya untuk beradaptasi.dengan mengucapkan kata anak bisa berkomunikasi lebih efektif.

C.    Keterkaitan antara Berpikir dengan Berbahasa
Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan berpikir. Manusia untuk dapat melakukan kegiatan berpikir dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan mengetahui pengetahuan.
Bahasa memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari suatu organisme biologis menjadi suatu pribadi di dalam kelompok, yaitu suatu pribadi yang berpikir, merasa berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Vygotsky berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis perkembangan ini saling bertemu, maka terjadilah secara serempak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran dan bahasa pada tahap permulaan berkembang secara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu, pada tahap berikutnya, keduanya bertemu dan bekerja sama, serta saling mempengaruhi. Begitulah, kanak-kanak berpikir dengan menggunakan bahasa dan berbahasa dengan menggunakan pikiran.
Menurut Vygotsky pikiran berbahasa (verbal thought) berkembang melalui beberapa tahap. Mula-mula kanak-kanak harus mengucapkan kata-kata untuk dipahami. Kemudian bergerak ke arah kemampuan mengerti atau berpikir tanpa mengucapkan kata-kata itu. Lalu, dia mampu memisahkan kata-kata yang berarti dan yang tidak berarti.
Selanjutnya Vygotsky menjelaskan bahwa hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan satu benda, melainkan merupakan satu proses, satu gerak yang terus-menerus dari pikiran ke kata (bahasa) dan dari kata (bahasa) ke pikiran. Pikiran itu tidak hanya disampaikan dengan kata-kata, tetapi lahir dengan kata-kata itu. Tiap pikiran cenderung untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, dan mendirikan satu hubungan di antara benda-benda. Tapi pikiran bergerak, tumbuh, dan berkembang melaksanakan satu fungsi dan memecahkan satu masalah.

            Contoh kasus pada proses berpikir dan berbahasa

Speech Delay (Keterlambatan Kemampuan Bicara). Speech Delay adalah kegagalan mengembangkan kemampuan berbicara pada anak, yang diharapkan bisa dicapai pada usianya. Dengan kata lain, perkembangan anak (dalam hal bicara) tertinggal beberapa bulan dari teman-teman seusianya.
Seorang anak yang berusia satu tahun mulanya memiliki kondisi yang normal. Namun, setelah usia satu tahun, sistem penjagaan Arfin berpindah tangan ke babysitter. Sejak itu, kondisi sang anak berubah menjadi sosok yang pendiam. Bahkan sang anak tidak dapat berbicara. Orangtuanya pun lantas memeriksakan sang anak ke ahlinya. Dari beberapa kali pemeriksaan, dapat diindentifikasikan bahwa dia mengalami speech delay. Sang anak hanya paham instruksi berbahasa Inggris. Ketidakmampuan bicara selama itu disebabkan karena pengasuh sebelumnya sering meninggalkan sang anak menonton TV yang didominasi bahasa Inggris sehingga anak tersebut mengalami kebingungan antara dua bahasa yang sering didengarnya. Kemudian setelah mengetahui permasalahan anak tersebut, dilakukanlah terapi untuk membantu proses speech delay yang dialami anak tersebut. Berkat support yang kuat dari keluarga, kini sang anak menjadi anak yang aktif, bahkan mampu berbicara dalam dua bahasa. Bila dibiarkan, speech delay berdampak buruk. Misalnya, anak tidak mampu menyerap mata pelajaran di sekolah, perkembangan kognitif anak terhambat, dan menjadi pemarah. Anak juga tidak dapat berkomunikasi dengan teman sebaya, menjadi pendiam, atau enggan mengungkapkan pendapat karena rasa percaya diri yang kurang. Keterlambatan bicara yang dialami beberapa anak dapat disertai dengan kelainan bawaan. Misalnya, cacat pada wajah (rahang kecil dan mulut besar), badan pendek, ukuran kepala bayi besar, dan gangguan mata. Namun, tidak semua anak yang mengalami speech delay disertai dengan cacat pada tubuh.
 







Sumber:

Basuki., Heru. (2008). Pikologi umum. Jakarta: Gunadarma.

http://silvrz.blogspot.com/2011/11/berfikir-dan-berbahasa.html

http://riksabahasa.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-kemampuan-berpikir_6109.html

http://www.jawapos.com/baca/artikel/6397/cegah-keterlambatan-penanganan-speech-delay-pada-anak