Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Judul Buku :
Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma
No. ISBN :
9794072184
Penulis :
Idrus
Penerbit :
Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1990
Jumlah Halaman : 172 Halaman
Tebal Buku : 21 cm
Kategori :
Jurnal Sastra
Bahasa :
Indonesia
PENGENALAN
Abdullah Idrus (lahir
di Padang, Sumatera Barat, 21 September 1921 – meninggal di Padang, Sumatera
Barat, 18 Mei 1979 pada umur 57 tahun) adalah seorang sastrawan Indonesia. Ia
menikah dengan Ratna Suri pada tahun 1946. Mereka dikaruniai enam orang anak,
empat putra dan dua putri, yaitu Prof. Dr. Ir. Nirwan Idrus, Slamet Riyadi
Idrus, Rizal Idrus, Damayanti Idrus, Lanita Idrus, dan Taufik Idrus.
Perkenalan Idrus
dengan dunia sastra sudah dimulainya sejak duduk di bangku sekolah, terutama
ketika di bangku sekolah menengah. Ia sangat rajin membaca karya-karya roman
dan novel Eropa yang dijumpainya di perpustakaan sekolah. Ia pun sudah
menghasilkan cerpen pada masa itu.
Minatnya pada dunia
sastra mendorongnya untuk memilih Balai Pustaka sebagai tempatnya bekerja. Ia
berharap dapat menyalurkan minat sastranya di tempat tersebut, membaca dan
mendalami karya-karya sastra yang tersedia di sana dan berkenalan dengan para
sastrawan terkenal. Keinginannya itu pun terwujud, ia berkenalan denganH.B.
Jassin, Sutan Takdir Alisyahbana, Noer Sutan Iskandar, Anas Makruf, dan
lain-lain.
Meskipun menolak
digolongkan sebagai sastrawan angkatan ’45, ia tidak dapat memungkiri bahwa
sebagian besar karyanya memang membicarakan persoalan-persoalan pada masa itu.
Kekhasan gayanya dalam menulis pada masa itu membuatnya memperoleh tempat
terhormat dalam dunia satra, sebagai Pelopor Angkatan ’45 di bidang prosa, yang
dikukuhkan H.B.Jassin dalam bukunya.
Hasratnya yang besar
terhadap sastra membuatnya tidak hanya menulis karya sastra, tetapi juga
menulis karya-karya ilmiah yang berkena dengan sastra seperti Teknik Mengarang Cerpen dan Internasional
Understanding Through the Study of Foreign Literature.
SINOPSIS
Novel
ini berisi sekumpulan cerita yang tidak saling berhubungan tetapi memiliki setting yang sama, yaitu masa
perjuangan Indonesia yang berkisar sekitar pendudukan Jepang sampai kedatangan
Sekutu. Berikut beberapa judul yang ditulis oleh Idrus, yaitu
Ave Maria, Kejahatan Membalas Dendam, Kota Harmoni, Jawa Baru, Pasar Malam
Jaman Jepang, Sanyo, Fujinkai, Oh..oh..oh..!, Heiho, Kisah Celana Pendek,
Surabaya, dan Jalan Lain ke Roma. Dari
sekian banyak kisah yang ditulis oleh Idrus dalam novel ini ada salah satu
judul yang menarik perhatian kami. Dalam kisah tersebut Idrus mengisahkan
seorang jurnalis bernama Ishak yang memiliki pemikiran berbeda dari jurnalis
lainnya. Ishak merupakan sosok orang yang cukup konsisten dan tidak menyerah
dalam mempertahankan idealisme dan menggapai cita-citanya. Dia rela
meninggalkan tunangannya yang bernama Satilawati dan dia dianggap sebagai
seorang pengecut. Disamping itu Pak Sukroso (ayah Satilawati) tidak menyukai
hubungan mereka. Beliau membenci Ishak dan menganggap bahwa Ishak tidak
berbakat menjadi seorang pengarang atau jurnalis. Sebenarnya Satilawati sangat
mencintai Ishak yang apa adanya. Meskipun hubungannya ditentang oleh ayahnya,
Satilawati tetap mengharapkan Ishak kembali. Hingga pada suatu hari, Pak
Sukroso meminta bantuan bibinya seorang perempuan paruh baya yang datang dari Cianjur. Perempuan paruh baya tersebut adalah seorang dukun masyhur dalam
menceraikan orang. Namun, perempuan paruh baya itu menolak untuk memisahkan Satilawati dari
Ishak, karena ia tau cucunya (Satilawati) sangat
mencintai Ishak.
Keunggulan:
Kisah dalam novel ini sangat
imajinatif dan tergambarkan dengan jelas sehingga kita dapat merasakan suasana
yang dijabarkan Idrus. Cerita dalam novel ini sangat berjiwa nasionalis dan
penuh makna. Begitu banyak pelajaran hidup yang dapat kita peroleh. Ketika kita membaca novel ini, kita akan merasa
seolah-olah kita sedang mengalami perjalanan pada masa pemerintahan Jepang dan Sekutu
masih berkuasa di Indonesia. Selain itu, sampul novel ini sangat menarik
perhatian sehingga tertantang untuk membacanya.
Kekurangan:
Bahasanya yang
cukup sulit dipahami karena menggunakan bahasa Melayu dan baku sehingga kami
para generasi zaman sekarang sedikit kesulitan
memahami cerita yang ada dalam novel ini.
Referensi